Jumat, 28 Januari 2011

Peran dan Fungsi Pemuda-Mahasiswa-Kaum Terpelajar

Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri

Hayati lagu tersebut lalu sejenak layangkan ingatan pada saat semangat nasionalis yang banyak lahir setelah runtuhnya rasa arogansi kedaerahan. Boedi Oetomo yang didirikan pada 20 mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA. Boedi Oetomo ini merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur organisasi modern. Organisasi ini memiliki tujuan perkumpulan: kemajuan yang selaras untuk negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan. Dalam 5 tahun organisasi ini berkembang pesat karena sebagai tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan dan tempat kebaktian terhadap bangsa dapat dinyatakan. Kemudian bermunculan organisasi-organisasi serupa, seperti Indische Vereeninging yang didirikan oleh Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922. Lalu untuk mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, pada tahun 1925 organisasi ini berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Organisasi ini menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Lalu ada juga Indische Partij serta Sarekat Islam dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama. Di tahun-tahun berikutnya semakin banyak lagi organisasi yang didirikan oleh pemuda-mahasiswa-pelajar yang semata-mata untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, entah itu melalui jalan kooperatif maupun non kooperatif dengan penjajah. Yang jelas sangat tinggi cita-cita mereka untuk Indonesia.
Sudah cukup mengais ingatan tentang pelajaran sejarah yang mungkin sebagian orang sampai lelahpun tak akan menemukan sisa-sisa ingatan di otaknya tentang pelajaran tersebut, karena memang tak mau tahu tentang perjuangan bangsa untuk kemerdekaan Indonesia. Peranan mahasiswa pada masa pra kemerdekaan sangat tergambar dengan jelas yaitu menjadi alat yang menyebabkan perubahan pola pikir dan perubahan cara untuk mencapai kemerdekaan, menjadi generasi penerus bangsa untuk menggantikan generasi-generasi sebelumnya dimana para mahasiswa ini dikenal sebagai kaum terpelajar akibat adanya Politik Etis atau politik balas budi (irigasi, transmigrasi, dan edukasi) oleh Van Deventer. Sehingga mereka memiliki pemikiran-pemikiran yang lebih baik untuk memperjuangkan kemerdekaan.  Dan itulah gambaran atas sikap nyata atas peran dan fungsi mahasiswa pada masa itu.
Kembali menjejaki realita saat ini. Apakah setelah mencapai kemerdekaan peranan dan fungsi mahasiswa sudah tidak lagi sekuat dulu? Jawabannya tentulah tidak. Peranan serta fungsi mahasiswa saat ini lebih dari itu. Apalagi setelah merdeka, pastilah bangsa yang besar ini lebih banyak membuka pintu lebar-lebar untuk menyerap (tanpa menyaring) kebiasaan serta kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma, azas-azas atau apalah namanya yang berlaku dalam bangsa Indonesia. MAHASISWA, saat ini kebanyakan menjadi manusia yang hanya bisa hidup senang dalam kemewahan. Keadaan politik yang carut-marut. Keadaan ekonomi yang entah kapan membawa kebahagiaan bagi bangsa. Serta kebudayaan yang sudah banyak tergantikan dan ditinggalkan.  Untuk itu peran dan fungsi mahasiswa sebagai kaum terpelajar saat ini menjadi lebih berat. Jika dulu yang jelas terlihat hanya sebagai pembawa perubahan dan generasi penerus yang lebih baik, maka saat ini menjadi lebih dari itu. Yaitu:  
1.       Pembawa perubahan (Agent of Change)
Perubahan seperti apa yang dimaksud? Tentunya perubahan dalam segala aspek kehidupan. Berubah dari keadaan saat ini menjadi lebih baik lagi. Apalagi Indonesia merupakan Negara berkembang, jadi peran sebagai pembawa perubahan  akan sangat penting untuk membawa keadaan bangsa menjadi lebih dan lebih baik lagi.
2.       Generasi Penerus Bangsa (Iron Stock)
Mahasiswa adalah pemuda, aset bangsa untuk menjadi generasi penerus. Sudah pasti, mahasiswa yang sejak dulu disebut-sebut sebagai kaum terpelajar harus bisa menggantikan generasi sebelumnya. Mereka yang sebelumnya telah berjuang untuk bangsa, mempercayakan masa yang akan datang kepada generasi penerus. Soal bagaimana mahasiswa menetapkan langkah untuk menjadi generasi penerus dirasa tidak perlu dibahas lagi. Karena pasti sudah mengerti tentang hal ini.
3.       Penjaga Nilai-Nilai Moral (Moral Force)
Sekali lagi mahasiswa yang konon katanya sebagai kaum terpelajar tentunya harus bisa mengemban peranan ini dengan baik. Realita tentang moral bangsa saat ini tak perlu diceritakan lagi. Sudah tentu banyak pelanggaran terhadap nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat. Dan secara garis besar dalam peranan ini mahasiswa harus menjaga nilai-nilai moral tersebut dari dalam diri terlebih dahulu, sehingga mampu menjadi contoh yang baik. Oleh karena itu peranan inilah yang harusnya diingat lekat-lekat, lalu kemudian dipraktikkan dengan sebaik-baiknya oleh mahasiswa. Kaum terpelajar ini tak boleh manjadi kaum yang hanya berpendidikan tapi tidak terdidik. 
4.       Pengontrol Keadaan Sosial (Agent of Social Control)
Manusia tidak bisa hidup sendirian, mereka butuh orang lain untuk menjalani kehidupan. Itulah sebabnya mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sosial atau bermasyarakat, selalu melahirkan cerita-cerita tersendiri. Seringkali membuat manusia menjalani hidup dengan lebih mudah dan berarti. Namun ditengah-tengah itu tak jarang ada batu sandungan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa juga manusia, berarti juga adalah makhluk sosial  yang mempunyai tingkat pendidikan tertinggi mempunyai peran untuk mengontrol kehidupan sosial ini agar batu sandungan tidaklah menjadi halangan berarti dalam bermasyarakat apalagi sampai menjadi jurang pemisah sosial. Sikap mahasiswa yang seperti inilah yang diharapkan mampu menjadi contoh dalam kehidupan bermasyarakat.
Lagu patriotik nasional Republik Indonesia  dari A. Simanjuntak di awal wacana ini sangatlah jelas menggambarkan peran dan fungsi mahasiswa.  Benarlah kata Bung Karno “Jas Merah” (Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah). Dengan menengok perjuangan mahasiswa pada masa pra kemerdekaan harus bisa menjadi penyulut api semangat untuk menjalankan peran dan fungsi mahasiswa pada masa sekarang. Mereka yang dahulu berada ditengah-tengah keadaan yang sangat tidak stabil tetap berapi-api memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidakkah mahasiswa  saat ini mendapat tamparan rasa malu yang sangat keras jika tidak menjalankan peran dan fungsi mereka seperti mahasiswa pada masa pra kemerdekaan?


Dwi Indah N.
Mahasiswa ITS, FTSP, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


8 komentar:

  1. Yayat PL08
    Atas dasar apa kamu bilang Boedi utomo merupakan wadah perjuangan pertama kali dlm organisasi modern ?
    Kamu paham tulisanmu ?

    BalasHapus
  2. ok indah....saya jga setuju pfm yg dulu dngn yg skrng it beda tpi posisi anda saat ini dmana? tlah mnjalankan pfm nya atau msh dlam persiapan??

    BalasHapus
  3. Menanggapi komentar kak Yayat PL08
    Saya menyebutkan bahwa "Boedi Oetomo ini merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur organisasi modern" bukan wadah perjuangan pertama kali dalam organisasi modern. Coba kita baca kembali buku sejarah, disana disebutkan bahwa organisasi ini didirikan oleh mahasiswa. Berdirinya organisasi ini juga akibat dari adanya politik etis atau politik balas budi dalam poin edukasi, sehingga para pemuda menjadi kaum terpelajar dan mencetuskan untuk melawan penjajahan dengan cara lain, yaitu dengan mendirikan organisasi ini.
    Dan saya paham dengan yang saya tulis.

    BalasHapus
  4. Menanggapi komentar dari Kak Rangga
    Saya adalah mahasiswa, meskipun baru menyandang status sebagai mahasiwa itu berarti PFM juga harus ada dalam diri saya. Tapi karena baru menyandang status itulah berarti saya masih dalam tahap mengenal PFM, setelah itu memahaminya, lalu dengan sebaik mungkin menjalankannya. ASAP.

    BalasHapus
  5. Menanggapi jawaban Indah.

    "karena baru mnyandang status sebagai mahasiswa"
    Rasanya sudah setengah tahunan ya kuliah di ITS. Memangnya akan sampai kapan kamu merasa BARU?
    Kamu juga mengatakan akan menjalankan PFM sebaik mungkin setelah memahaminya,
    Lantas kapan kamu merasa akan memahami PFM?

    BalasHapus
  6. Menanggapi komentar Kak Tantie

    Saya yang menyandang status sebagai mahasiswa pada tahun 2010 dan dibanding dengan kakak2, saya rasa saya lebih baru menyandangnya.
    Yang saya sebutkan sebutkan adalah urutan normal dalam menjalani sesuatu. Setelah mengenal pasti harus memahami lalu menjalankan. Tidak mungkin kita menjalani sesuatu tentang hal yang tidak kita mengerti. Bisa-bisa menjalani sesuatu dengan tidak benar. Seperti yang sudah saya katakan ASAP. Apalagi sekarang sudah menyandang status ini dan sudah mendapat tugas ini.

    BalasHapus
  7. Ikutan:
    Saya heran dengan komentar kawan2 terhadap tulisan Indah El Rahma,,,knapa langsung sinis dan berpandangan subjektif begitu. Orang boleh menuliskan apa saja ko'. Ini jaman sudah berubah, bukan di masa rezim dulu. Apresiasi dong, kalo mau bantah pakai teori ato referensi. Jangan2 yang protes gitu Budi Oetomo berdiri kapan aja gx tau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak Juanda yang sudah mampir di Blog Keluarga besar PWK ITS 2010. Segala komentar yang datang bisa ditanggapi sebagai hal-hal yang dapat membangun. Mohon maaf baru dibalas tahun 2013 ini :)

      Hapus