bukan hanya belajar tetapi mahasiswa seharusnya juga harus mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat karena mahasiswa di harapkan bisa mengantikan generasi-generasi tua dan menjadikan suatu kota atau wilayah agar lebih baik dari sebelumnya.
pembelajaran bagi mahasiswa bukan hanya untuk ke sosial masyarakat saja tetapi seharusnya juga emosional skill juga harus di tanamkan. menurut buku ESQ yang saya baca bekerja dengan emosional skill lebih banyak akan memberikan hasil yang lebih baik dari pekerjaannya.
Sebuah landasan pemikiran kenapa kita dapat hadir di sini adalah sebuah hal yang sangat substansi untuk kita melangkah lebih jauh.
Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri ketika kita berhasil menjadi seorang Mahasiswa, entah di kampus manapun identitas sebagai mahasiswa terkadang membuat kita menjadi seseorang yang berhasil di atas yang lainnya.
Pada kasus ini, ketika kita masuk ke Perguruan Tinggi Negeri sebenarnya kita sudah menendang belasan, bahkan, puluhan atau ratusan orang yang menginginkan kursi yang kita duduki. Apakah pernah kita berpikir bagaimana nasib orang-orang yang kita tendang tersebut?
Mahalnya biaya pendidikan tinggi juga menyebabkan banyak saudara-saudara kira yang sebenarnya memiliki potensi untuk mengembangkan pemikirannya, pada akhirnya hanya dapat melihat bagaimana kebahagiaan kita yang dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih lama dan berpeluang untuk lebih meningkatkan diri.
Sebenarnya, dengan landasan tersebut, maka sepatutnya kita yang menjadi “orang terpilih” berpikir, kita berada di Untirta ini bukanlah hanya karena sebuah nasib atau pemberian dari Tuhan saja. Akan tetapi dengan adanya kita dalam perguruan tinggi ini, maka sebenarnya kita diberikan amanah dari rakyat yang mensubsidi kita, para calon – calon mahasiswa yang kita tendang, dan sebuah harapan dari orang tua kita.
Posisi yang sebenarnya menjadi sebuah beban haruslah menjadikan kita sebagai orang yang dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat secara luas, bukan hanya bagi kepentingan individu. Sekarang tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sudah menyiapkan apa yang bisa kita beri terhadap masyarakat, ataukah kita hanya menyiapkan apa yang dapat kita miliki saat ini?
Kondisi di Untirta sangatlah menarik tentang berbicara hal tersebut, label mahasiswa kunang-kunang (walaupun terkadang terasa diskriminatif) akan banyak diberikan kepada para mahasiswanya. Kondisi riil yang terlihat, mahasiswa Untirta masih sangat jarang yang mau berbicara tentang kondisi masyarakat saat ini, yang terjadi adalah, bagaimana kita dapat bersenang-senang saat ini.
Secara mudah untuk melihatnya adalah bagaimana tingkat partisipasi para mahasiswa di dalam proses advokasi sosial ataukah pendalaman ilmu dalam kegiatan organisasi. Hanya seper sekian persen yang muncul, ini butuh penelitian yang mendalam, namun secara kasat mata dapat terlihat.
Ketika kita menjadi mahasiswa hanyalah ingin bagaimana kita mendapatkan nilai A dalam setiap mata kuliah, agar nanti kita lulus cepat dan mendapatkan pekerjaan, maka menurut saya secara pribadi tidaklah kita harus susah payah mendalami ilmu dalam kuliah, karena kuliah yang kita lakukan hanyalah untuk diri kita sendiri, bukan berpikir sebuah perubahan bagi masyarakat, dan merupakan sebuah pemborosan waktu dan uang ketika kita harus kuliah terlebih dahulu hanya untuk mendapatkan pekerjaan saja.
nama: siti umurin s
nrp: 3610100039
Tidak ada komentar:
Posting Komentar