Jumat, 28 Januari 2011

Keintegralistikan Keluarga Mahasiswa ITS


Menurut wikipedia.org menyatakan bahwa organisasi mahasiswa intra kampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan kampus dan mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari kampus. Organisasi mahasiswa intra kampus memiliki hubungan dengan pihak kampus secara internal dan langsung sehingga boleh mengatasnamakan ITS pada setiap kegiatannya. Namun Organisasi mahasiswa ekstra kampus dilarang membawa nama ITS dalam kegiatannya karena memang tidak ada hubungan kepada pihak institut ini secara langsung.

Dalam perkembangannya terbentuklah suatu wadah ormawa yang mandiri, independent dan mampu menaungi seluruh aktivitas kemahasiswaan di tingkat Insitut dalam bentuk Senat Mahasiswa ITS sebagai perwujudan konsep student government yang harapkan. Organisasi yang ada pada saat ini termasuk didalamnya adalah bidang eksekutif (BEM, LMF, HMJ), bidang legislatif (LM), bidang yudikatif (MKM), daerah otonomi (DOP), unit-unit kegiatan yang tergabung dalam LMB, serta lembaga swadaya mahasiswa yang tercatat secara legal lainnya.
Pergerakan Mahasiswa menurut definisi umumnya mempunyai arti sebagai semua Mahasiswa yang mempunyai cita-cita sama, yaitu untuk mewujudkan Indonesia kedepan yang lebih baik. Pergerakan mahasiswa dilakukan oleh mahasiswa untuk rakyat Indonesia sebagai wujud rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara ini. Pergerakan mahasiswa ini selah satunya sebagai bentuk aspirasi dalam mengontrol tindak tanduk pemerintah yang dianggap kurang wajar oleh masyarakat umum.
Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam dinamika bangsa. Secara umum peran mahasiswa adalah moral force, social control, agent of change, dan iron stock. Sebagai moral force, seorang mahasiswa melakukan tindakan atau gerakan yang memiliki dasar moral dan independen. Mereka melakukan gerakan, tetapi memiliki kode etik tersendiri agar tidak melanggar nilai-nilai kepribadian luhur. Hal yang paling penting adalah mahasiswa harus benar-benar tahu apa dasar mereka melakukan aksi tersebut agar gerakan yang dilakukan dapat optimal. Amatlah naif jika hanya ikut-ikutan tapi tanpa mengetahui tujuan daripada aksi tersebut. Keluarga Mahasiswa ITS sendiri amatlah sering untuk melakukan aksi yang mengundang seluruh mahasiswa ITS. Adanya perwakilan dari berbagai jurusan di ITS maupun perwakilan dari Fakultas di ITS adalah gerbang menuju keintegralistikan KM ITS itu sendiri.

Sebagai social control, mahasiswa tidak hanya duduk manis di bangku kuliah saja, tetapi ikut serta dalam masalah sosial. Mereka juga merupakan jembatan antara masyarakat dengan pemerintah untuk menyampaikan aspirasi masyarakat khususnya tanggapan terhadap kebijakan pemerintah. Berbagai macam upaya aksi dan juga diskusi dengan tokoh nasional dan tokoh-tokoh terkemuka di Jawa Timur dalam membahas tentang isu-isu politik dan penegakan HAM juga termasuk dalam peran mahasiswa sebagai social control. Tidak hanya itu saja, ketika negeri ini dilanda bencana nasional seperti meletusnya Gunung Merapi dan Gunung Bromo akhir-akhir ini, banyak lembaga-lembaga di ITS baik itu LSM, BEM ITS, HMJ seakan berlomba-lomba untuk membantu mereka yang sedang dilanda bencana. Bakti Sosial dan pembagian ta’jil gratis juga menambah daftar agenda yang menerapkan fungsi mahasiswa sebagai social control.

Mahasiswa dapat menjadi iron stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia yang tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlaq mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya, mahasiswa merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Fakta yang tak dapat terelakkan dalam dunia organisasi adalah akan selalu ada pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda. Lagipula tidak selamanya seseorang menyandang status mahasiswa, kelak manusia akan tua dan membutuhkan generasi berikutnya untuk melanjutkan perjuangannya. Sama seperti kayu, kayu juga akan lapuk dan rapuh dalam jangka waktu yang lama sehingga diperlukan kayu-kayu baru yang lebih kokoh. Hal ini menyebabkan kaderisasi harus berjalan terus-menerus. Dunia kampus merupakan tempat yang tepat untuk mencetak ribuan generasi baru. Pengkaderan selama ini merupakan ajang untuk membentuk generasi-generasi baru, baik itu berupa pengkaderan massal terbatas pada lingkup jurusan maupun pengkaderan massal dalam lingkup fakultas maupun institut. Dengan hal ini, keintegralistikan KM ITS diharapkan dapat timbul sejak mahasiswa baru sehingga nantinya dapat terus terjalin baik selama masih mahasiswa sampai menyandang gelar alumni ITS.

Sebagai agent of change, mahasiswa berperan untuk menjadi agen dari suatu perubahan. Dilihat dari perkembangan negeri ini yang makin hari makin ada saja perkembangan baik di bidang teknologi komunikasi maupun di bidang pencetakan kader-kader terbaik masing-masing institusi, mengingat pada jaman saat ini diharapkan satu sama yang lain saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, dan bekerja secara jujur. Dalam KM ITS sendiri, isu yang masih berdengung kencang dari dulu hingga sekarang adalah tentang arogansi jurusan yang berebihan. Entah di mana letak kesalahan ini terjadi, yang jelas kita tidak boleh menyalahkan sistem. Akan tetap kita harus mengaji ulang apa kekurangan yang terjadi selama ini dan berusaha untuk memperbaikinya, mengingat semua elemen yang ada di KM ITS harus saling bekerja sama untuk mewujudkan kampus ITS kita ini nyaman dan sesuai dengan apa yang kita perlukan nantinya di dunia kerja. Tentunya dalam proses pengajian ini tidak hanya pada lingkup jurusan saja, melainkan juga dalam lingkup fakultas, dan bahkan institut bila dianggap perlu.

Seorang insan akademis harus memiliki jiwa peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya jika seorang mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan hal ini, mahasiswa diharapkan memahami apa yang sebenarnya terjadi terlebih dapat menemukan solusi-solusi atas beragam permasalahan yang terjadi saat ini. Selain itu diharapkan mahasiswa ini bersifat kreatif yang nantinya akan berguna untuk masa depannya di dunia kerja. Contoh paling mudah dalam hal ini adalah dengan gerakan 1000 proposal PKM dan 500 proposal PKM-GT. 

Dengan menulis karya tulis inilah mahasiswa dapat menemukan cara-cara yang solutif dan kreatif dalam berbagai masalah dari berbagai macam bidang. Sering memang dalam satu kelompok terdiri dari anggota dari satu jurusan saja. Namun tak jarang juga dalam satu kelompok berasal dari jurusan yang berbeda. Maka dari itu perlu adanya penjelasan bahwa pembuatan PKM tersebut bukan hanya untuk satu jurusan saja, melainkan satu jurusan tersebut bisa bekerja sama dengan jurusan lain untuk mengerjakan suatu proyek/program kreatifitas mahasiswa. Hal inilah yang secara tidak langsung dapat membangun keintegralistikan Keluarga Mahasiswa ITS itu sendiri.

Seorang insan akademis juga harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Di ITS mahasiswa dapat mengembangkan diri sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa itu sendiri. Seperti di ormawa, baik tingkat jurusan, fakultas maupun institut, bagi mereka yang terbiasa dengan dunia kepemimpinan dan manajerial dalam suatu organisasi, LMB yang sesuai dengan minat masing-masing mahasiswa, dan bahkan LSM. Dalam kesehariannya, baik itu ormawa, LMB, dan LSM pasti ada interaksi antar anggotanya. Dari interaksi inilah tanpa terasa akan timbul keintegralistikan Keluarga Mahasiswa ITS.


Puspa Dewi K K S P
3610100022

4 komentar:

  1. mnurut puspa, mahasiswa saat ini apakah sdah mnjalankan peran dan fungsi nya?
    Bgaimana dngan anda???

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas komentarnya.

    Kalau menurut saya seperti yang sudah saya jelaskan di atas, mahasiswa memiliki berbagai peran dan tanggung jawab tetapi masih banyak kekurangan dalam menjalankan pfm dengan baik. Seorang mahasiswa terus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi mahasiswa yang baik.
    Dan seperti yang sudah saya jelaskan di atas, mahasiswa memiliki berbagai peran dan tanggung jawab. Ketika kita telah melakukan kewajiban kita sebagai mahasiswa, kita dapat disebut telah menjalankan peran mahasiswa sebagai mana mestinya. Dan saya minta bantuan juga kepada kakak-kakak atas dan semua elemen kampus untuk membina saya terutama kami para maba.
    Kalau saya pribadi sama seperti maba pada umumnya yang belum melakukan kegiatan tersebut dengan baik dan benar. Dan tetapi hingga saat ini saya belum merasa puas dengan apa yang saya capai sehingga sampai saat ini pun saya masih berusaha menjadi mahasiswa yang lebih baik. Jadi mohon bantuannya agar memberi motivasi dan menjadi lebih baik untuk kedepannya.

    BalasHapus
  3. wah ini dia mahasiswa yang ingin berprestasi bagus - bagus, di tunggu ya prestasinya

    BalasHapus
  4. Terima kasih kak, mohon bantuannya.

    BalasHapus