“Revolusi di Indonesia selalu digawangi anak-anak muda. Maka, yang bermimpi melakukan revolusi di Indonesia, jangan berharap bisa kecuali menyerahkan kunci pada kaum muda. Lebih tepatnya, para revolusioner itu adalah mahasiswa.”
(Soe Hok Gie)
Seperti yang kita ketahui, sebutan mahasiswa berasal dari status yang diemban karena keterikatannya dengan Perguruan Tinggi. Gabungan dari dua kata dalam satu frasa itu tidak hanya mengartikan status keterkaitannya dengan Perguruan Tinggi saja, namun masih banyak peran, tugas, fungsi dan tanggung jawab yang diemban karena status kemahasiswaannya tersebut. Sampai saat ini masih dipertanyakan bagaimana konsep mahasiswa yang ideal itu sebenarnya. Mahasiswa yang ideal adalah mahasiswa kritis, adaptif , peka terhadap lingkungan, berakhlak terpuji, dan yang terpenting adalah mampu melaksanakan serta bertanggung jawab atas peran dan fungsinya sebagai mahasiswa.
Peran mahasiswa sangatlah penting, tidak hanya mengemban tanggung jawab untuk mencari ilmu untuk dirinya sendiri, tapi juga tanggung jawab berperan kompleks sebagai Iron Stock, Agent Of Change, Social Control, Moral Force. Tentunya peran-peran tersebut tidak terlepas dari tujuan, yaitu perubahan bangsa demi kepentingan bersama. Satu tujuan revolusi.
Peran dan fungsi mahasiswa yang pertama adalah, Iron Stock. Iron sendiri yang berarti besi dianalogikan oleh sesuatu yang kuat dan kokoh. Disini mahasiswa memiliki peran dan fungsi sebagai cadangan masa depan atau calon pengganti pemimpin pemerintahan di era selanjutnya. Dengan kata lain, mahasiswalah generasi penerus pemimpin bangsa ini. Mahasiswa seorang calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Dengan sifat sekuat besi yang kokoh dan kuat, diharapkan mahasiswa dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri, tidak mudah goyah dengan setiap persoalan yang terjadi, berprinsip dan tentunya menuju ke arah perubahan yang lebih baik.
Agent Of Change, atau agen perubahan. Artinya, mahasiswa merupakan salah satu simbol akan adanya perubahan atau revolusi bangsa. Seiring kedewasaan serta kematangan pola pikir yang dimiliki mahasiswa, mereka dituntut untuk menjadi agen-agen atau media perubahan di negeri ini. Tidak hanya memperjuangkan nasib bangsa di era selanjutnya tapi juga dituntut adaptif dan peka terhadap lingkungan. Hingga kemudian ikut turut serta dalam pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya adalah Social Control atau kontrol sosial. Seyogyanya mahasiswa memang harus berperan sebagai pengontrol masyarakat dan pemerintahan. Terlebih-lebih jika nanti ada sesuatu yang salah di jajaran pemerintahan. Mahasiswalah yang mengoreksi, mahasiswalah yang mengontrol setiap pergerakan pemerintahan. Namun tidak hanya mengkritik saja, mahasiswa dituntut ikut memecahkan masalah yang dihadapi bangsa dengan memberikan solusi yang membangun. Apalagi ketika potret masalah korupsi yang semakin merajalela di Indonesia seperti ini. Di samping itu, mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, maupun ketertindasan.
Yang terakhir adalah Moral Force, Mahasiswa harus punya moral yang baik agar bisa merubah bangsa ke arah lebih baik. Apalagi seperti kondisi bangsa saat ini yang selalu dibayangi kasus korupsi. Mahasiswa sebagai generasi penerus diharapkan memiliki akhlak terpuji dan moral yang baik dengan harapan ketika mereka menempati posisi pemerintahan, hal yang tidak diinginkan seperti kasus korupsi dan hal-hal yang menyimpang lainnya bisa dihapuskan. Mereka dituntut untuk memberikan teladan yang baik demi perubahan bangsa. Moral Foce inilah yang akan menumbuhkan jiwa leadership dalam benak mahasiswa. Tentunya dengan jiwa leadership ini akan menjadikan mahasiswa sebagai teladan yang bijak.
Keempat peran dan fungsi mahasiswa yang telah dijelaskan diatas, selayaknya tidak hanya menjadi sekedar teori dan konsep semata, namun juga di implementasikan kedalam kehidupan setiap mahasiswa. Bisa dihitung berapa banyak mahasiswa yang hanya menerapkan keempat peran dan fungsi tersebut. Pada masa orde baru beberapa tahun silam kita mengenal pahlawan mahasiswa, tidak asing lagi kalo terdengar nama Soe Hok Gie. Mahasiswa dengan idealisme tinggi yang hidupnya dipenuhi dengan semangat tinggi untuk memperjuangkan nasib rakyat dan bergerak demi revolusi Indonesia.
Dengan kata lain, mahasiswa yang ideal adalah mahasiswa yang secara sadar menjalankan serta bertanggung jawab sebagaimana peran dan fungsinya. Peran sebagai generasi penerus, peran sebagai teladan masyarakat, peran sebagai pengontrol sosial dan peran sebagai pencetus perubahan. Semua itu semata-mata hanya untuk mencapai satu tujuan, revolusi. Revolusi untuk Indonesia.
Adinda Sukma Novelia - 3610100065
Dewa PL-06
BalasHapussuka baca tulisanya Soe Hok Gie??
di Zaman Peralihan Soe Hok Gie mendefinisikan kalau mahasiswa itu Manusia Normal..
lalu apakah kamu sendiri paham Hakikat Manusia??
Yayat PL08
BalasHapusOK, mahasiswa adalah para revolusioner
Tentang deskriminasi hukum yg ada di indonesia sekarang, langkah apa yg dituju mahasiswa agar hukum ditegakkan ?
makasih sebelumnya, buat komentarnya mas dewa sama mas yayat.
BalasHapusmas dewa : hanya sekedar baca biografinya mas. Oke, itu menurut Gie. Lalu kalo menurut saya, manusia itu kompleks dan selalu berpegang teguh pada idealismenya masing-masing. Pada hakikatnya semua manusia ingin mencari sebuah kebenaran dalam kehidupannya, berusaha terus mencari walaupun sebenarnya mereka selalu diliputi oleh keraguan-keraguan yang berputar-putar dalam pikiran mereka. Itulah manusia mas, makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan yang diciptakan dengan kompleksitas pemikiran yang kemudian menghasilkan berbagai pertimbangan mengenai kebutuhan pribadinya, kebutuhan bersosial-nya dan yang nggak kalah pentingnya adalah kebutuhan untuk menyembah atau bertuhan. Dan oleh karena perjalanannya yang selalu mencari kebenaran itulah yang membuat manusia memiliki tingkat curiousity paling tinggi.
mas yayat : Kalo masalah diskriminasi hukum di Indonesia dan hubungannya dengan peran mahasiswa itu sendiri, begini mas, dilihat dari kondisi Indonesia yang seperti ini, mahasiswa tidak terlalu memiliki power mengingat beberapa kasus membuktikan bahwa yang berada diatas dan yang memiliki materi selalu yang menang. Satu-satunya cara yang membuat mahasiswa bisa ikut terlibat dalam penegakan hukum dalam pemerintahan adalah dengan ikut turut serta dalam LSM-LSM yang bergerak dibidang politik, atau mungkin ikut bergabung atau setidaknya turut dalam diskusi-diskusi terbuka yg di adakan partai-partai oposisi. Selain itu, peran mahasiswa terkait penegakan hukum ini adalah melakukan cara-cara preventif agar tidak terjadi kecurangan hukum, simpelnya dimulai aja dari diri sendiri, tidak mencontek saat ujian, atau ikut memeriksa anggaran organisasi misalnya. Jadi intinya, mulai dari sini, dari ketika kuliah, mahasiswa yang merupakan iron stock akan terbiasa dengan hal-hal yang jujur dan tidak menyalahi hukum.
Ya sudah, sekarang kamu ikut LSM yg bergerak di bidang politik !
BalasHapusTuntaskan semua masalah yg ada di negeri ini
Kamu bilang, kamu mahasiswa
Saya juga menuntut tanggung jawab kamu sebagai mahasiswa seperti apa, bisa dipercaya atau hanya omongan belaka
Ikut berkontribusi dan bertanggung jawab dalam penuntasan masalah negara tidak hanya untuk mahasiswa sebenarnya, terlebih-lebih semua yang mengakui sebagai WNI. Insya Allah, saya akan turut menuntaskan masalah di negeri ini, tapi saya rasa masalah di Indonesia nggak hanya di bidang politik saja. Perubahan nggak cuma pada sistem pemerintahan. Sejujurnya saya lebih tertarik menuntaskan masalah sosial dan semacamnya yg masih terjadi. Setidaknya saya nanti akan mengikuti LSM yg bergerak dibidang sosial, membantu anak2 untuk melek huruf, atau hal-hal ketidakadilan lainnya yang masih terjadi pada anak-anak dan wanita.
BalasHapusDewa PL-06
BalasHapusbukan karena itu manusia itu makhluk yang paling sempurna,,
manusia sempurna karena kita bebeas memilih..
tidak seperti hewan dan tumbuhan yang terkungkung oleh naluri,,
tidak seperti syetan yang selalu ingkar dan tidak bisa memilih taat dan juga gag seperti malaikat yang selalu taat dan gag bisa ingkar...
pada hakikatnya manusia memang makhluk individu oleh karena itu tidak perlu diajarkan tentang cara berindivu tapi perlu diajarkan bersosialisasi,,
lalu apa artinya sosialisasi bagi seorang mahasiswa?
apa artinya ketuhanan bagi seorang mahasiswa?
Sosialisasi bagi seorang mahasiswa. Bicara sosial pasti hubungannya terkait dengan interaksi. Entah itu mulai dari bertegur, bertemu, atau aktifitas komunikasi lainnya baik secara tatap muka langsung atau tidak. Nah kalo mahasiswa? Sosialisasi mahasiswa lebih kompleks pastinya, nggak cuma sekedar hal-hal yg saya sebutkan diatas. Tapi juga mulai menyangkut empati, kepekaan, atau saling peduli terhadap kondisi sekitarnya. Nggak cuma berkomunikasi dan berinteraksi karena berada dalam sebuah situasi (pertemuan) tapi mulai muncul interaksi ketika ada perasaan empati. Misalnya nih, mahasiswa mendapati satu masalah di lingkungannya, katakanlah contoh kasus yg pernah kejadian di Malang. Saat itu sedang ada degradasi perilaku, beberapa anak usia balita yg didapati mulai merokok. Yang pertama kali turun mahasiswa mas, (bukan tetangga atau bahkan setidakanya ketua RT/RW yg seperti diharapkan terkait kedekatannya dgn keluarga) mahasiswa turun ke lapangan karena perasaan empatinya dan jiwa sosialnya muncul, disinilah sosialisasi berdasarkan cara pandang mahasiswa mulai muncul. Mereka mulai bersosialisasi dengan keluarganya, dimulai dengan pendekatan interaksi ke keluarga, lalu membantu si anak untuk keluar dari kebiasaan buruk, hingga kemudian diterapi dan diajari untuk untuk bermain sesuai dengan usianya. Kesimpulannya, bersosialisasi nggak cuma saling berkomunikasi, tapi ada tanggung jawab sosial yg diemban mahasiswa, terlebih-lebih ketika ada masalah sosial didalamnya.
BalasHapusBicara masalah ketuhanan, entah itu dimata mahasiswa, orang tua bahkan anak yang masih usia sekolah semuanya sama mas, nggak ada perkecualian pandangan bertuhan dari setiap umat. Karena apa? Karena pada dasarnya kita sama dimata Tuhan (entah itu mahasiswa atau bukan, anak sekolah bahkan sampai orang tua), tidak ada perbedaan ajaran dari Tuhan untuk tiap umat-Nya, dari kecil sampai tua kita diajarkan cara bertuhan dgn konsep yg sama. Simpelnya bertuhan itu ya bertaqwa dan beriman hanya kepada-Nya. Nah disinilah nanti yang mulai ada perbedaan bagaimana cara bertaqwanya, kalo anak usia sekolah bertaqwanya mungkin cuma sekedar menjalankan ibadah wajib, (kalo muslim) sholat, ngaji, puasa dll. Seiring berkembangnya kedewasaan usia, katakanlah mahasiswa. Intensitas bertaqwa nya akan jauh lebih dibanding anak usia dibawahnya. Nggak cuma menjalankan ibadah wajib. Tapi juga mulai mengerti untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak terpuji, menjaga tingkah laku, mulai mengajak orang-orang disekitarnya untuk berbuat yg baik, menjaga amanah hingga kemudian mulai merambah memperjuangkan agama itu sendiri, memperjuangkan agama itu menurut saya juga nggak perlu jauh-jauh kok, mengajak muslim lain untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar aja saya rasa sudah cukup. Itu semua termasuk upaya dalam bertaqwa di mata mahasiswa. Jadi pada intinya, arti ketuhanan itu sendiri semuanya sama, bertaqwa dan beriman hanya kepada-Nya, namun semakin berkembangnya kedewasaan seseorang, cara bertaqwanya kepada Tuhannya lah yang akan beda.
Jalankanlah apa yang sudah kamu tuliskan mudah - mudahan negara ini segera mencapai kejayaan.
BalasHapusinsya Allah. Amin :)
BalasHapus